Senin, 23 Juni 2014

LANDASAN TEORI MAKALAH PERANCANGAN PETA KERJA KESELURUHAN

2.1  Definisi Method study
·         Method Study atau biasa disebut Metode Kerja = Tata Cara Kerja adalah cara pelaksanaan atau tugas seefisien mungkin.
·         Tata Cara Kerja (Sutalaksana) adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan dari prinsip-prinsip untuk mendapat rancangan (desain) terbaik dari sistem kerja.
·         Sistem Kerja adalah suatu kesatuan yang terdiri dari berbagai komponen (unsur) yang saling berinteraksi dan saling bergantung untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
2.1.1   Ruang Lingkup Method Study
·      Studi Gerakan Kerja (Motion Study).
·      Memperbaiki Tata Cara Bekerja (Simplified Method, Most Economical Way, Ergonomy).
·      Aplikasi Metode Ilmiah vs Metode Trial and Error.
·      Eliminasi gerakan atau kerja yang tidak perlu, kombinasi operasi kerja, dan penyederhanaan kerja (konsep “deregulasi/debirokratisasi” kerja).
·      Standarisasi operasi/metode kerja dalam hal pemakaian material, mesin/peralatan kerja, informasi (from sheet), kondisi lingkungan fisik kerja, dan lain-lain.

2.1.2   Teknik-teknik dalam Melakukan Method Study
·      Teknik-teknik dan prinsip-prinsip digunakan untuk mengatur komponen-komponen sistem kerja sehingga tercapai efisiensi dan produktivitas.
·      Komponen-komponen sistem kerja terdiri dari manusia dengan sifat dan kemampuannya, bahan, perlengkapan, dan peralatan kerja serta lingkungan kerja.
·      Prinsip-prinsip pengaturan kerja terdiri dari faktor manusia, studi gerak, dan ekonomi gerakan.
·      Teknik-teknik pengaturan kerja terdiri dari pengukuran waktu yang dihabiskan, tenaga yang dipakai, serta akibat-akibat psikologis dan sosiologis yang ditimbulkan.


2.2      Definisi Peta Kerja
Peta kerja adalah salah satu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas, bahkan informasi yang terkandung dalam suatu peta kerja dapat dipakai sebagai bahan untuk merancang atau memperbaiki sistem kerja. Dengan peta-peta kerja tersebut dapat dilihat semua langkah atau kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu objek (benda kerja) sejak awal proses sampai menjadi produk akhir.

2.2.1. Simbol-simbol Peta Kerja



1. Operasi

Kegiatan operasi terjadi apabila suatu material mengalami perubahan sifat baik fisik maupun kimiawi dalam suatu proses transformasi. Kegiatan merakit atau mengurai rakit juga dipertimbangkan sebagai suatu operasi kerja. Menerima informasi maupun memberi informasi, membuat suatu rencana atau melaksanakan kegiatan kalkulasi pada suatu keadaan juga diklasifikasikan sebagia suatu operasi kerja. Operasi merupakan kegiatan yang paling banyak terjadi dalam suatu proses kerja.
 


1.      Transportasi 

Kegiatan transportasi terjadi bila fasilitas kerja yang dianalisis bergerak berpindah tempat yang bukan merupakan bagian dari suatu operasi kerja. Suatu pergerakan yang merupakan bagian dari suatu operasi atau yang disebabkan oleh pekerja pada tempat kerja sewaktu operasi atau pemeriksaan berlangsung bukanlah merupakan kegiatan transportasi. Contoh kegiatan transportasi adalah:
a.       Memindahkan material dengan tangan, holist, truk, conveyor, dll.
b.      Bergerak, berjalan, membawa objek dari suatu lokasi kerja ke lokasi kerja lain.
c.       Membuat gambar kerja dari bagian desain ke bagian produksi.



2.    Inspeksi

Kegiatan inspeksi atau pemeriksaan terjadi apabila suatu objek diperiksa, baik pemeriksaan pada segi kualitas, apakah sudah sesuai dengan karakteristik performance yang distandarkan. Contoh pemeriksaan antara lain :

a.       Meneliti dimensi benda kerja dengan menggunakan alat ukur.
b.      Membaca dial indikator dan instrumen pengukur lainnya.
c.       Menghitung jumlah benda yang diterima dari hasil pembelian.
 


3.      Menunggu  

Proses menunggu terjadi apabila material atau benda kerja, operator atau fasilitas kerja dalam kondisi berhenti dan tidak terjadi kegiatan apapun selain menunggu. Kegiatan ini biasanya berlangsung sementara, dimana objek terpaksa menunggu atau ditinggalkan sementara sampai suatu saat diperlukan kembali. Contoh menunggu antara lain :
a.       Material atau benda kerja diletakkan di kontainer, menunggu untuk dipindahkan.
b.      Objek menunggu untuk diproses atau diperiksa.
c.       Material menunggu diproses karena adanya kerusakan teknis.

4.      Penyimpanan

Proses penyimpanan terjadi bila objek disimpan dalam jangka waktu cukup lama. Jika objek itu akan kembali diambil, biasanya akan memerlukan prosedur perjanjian khusus. Prosedur perizinan dan lamanya waktu adalah dua hal yang membedakan antara kegiatan menyimpan dan menunggu. Contoh menyimpan antara lain :
a.       Bahan baku, suplai, dan lain-lain yang disimpan dalam gudang pabrik.
b.      Dokumen atau arsip yang disimpan dalam rak atau lemari khusus.
c.       Uang atau surat berharga yang lainnya yang disimpan dalam brangkas.



5.      Aktivitas ganda

Seringkali dijumpai kondisi-kondisi dimana dua elemen kerja harus dikerjakan bersamaan. Sebagai contoh kegiatan operasi harus dikerjakan bersama dengan kegiatan pemeriksaan disuatu stasiun kerja yang sama pula.


2.2.2. Jenis Peta Kerja
  Peta-peta kerja yang ada saat ini dikelompokan menjadi :
1.      Peta-peta Kerja Keseluruhan
Peta-peta kerja keseluruhan digunakan untuk menganalisis suatu kegiatan kerja yang bersifat keseluruhan, yang umumnya melibatkan sebagian besar atau semua sistem kerja yang diperlukan dalam pembuatan sebuah produk. Peta-peta kerja ini menggambarkan keseluruhan proses produksi serta interaksi antar stasiun kerja dan antar kelompok kegiatan operasi. Peta-peta kerja keseluruhan terdiri dari :
a.    Diagram Rakitan (Assembly Chart, AC)
      Diagram rakitan merupakan gambaran grafis urutan aliran perakitan suatu produk sehingga dapat diketahui:
·         Komponen-komponen pembentuk suatu produk,
·         Urutan perakitan komponen-komponen tersebut, dan
·         Keterkaitan antar komponen.
b.    Peta Proses Operasi (Operation Process Chart,OPC)
      Peta proses operasi menunjukkan urutan operasi, inspeksi, kelonggaran waktu, dan material yang digunakan dalam proses bisnis atau manufaktur, dari raw material sampai dengan packaging produk jadi. OPC sebagai tool memiliki kelebihan diantaranya :
·         Mengidentifikasi seluruh operasi, inspeksi, material, gerakan, penyimpanan, dan delays yang terlibat di dalam suatu proses,
·         Menunjukkan seluruh kejadian dalam urutan yang benar,
·         Menunjukkan hubungan antara parts dengan kompleksitas pembuatannya
·         Membedakan antara produk yang dibeli dan dibuat, dan
·         Menyediakan informasi tentang jumlah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan setiap operasi dan inspeksi.
Elemen kerja yang digambarkan pada peta ini terdiri dari operasi, inspeksi, dan penyimpanan.
c.    Aliran Proses (Flow Process Chart, FPC)
      Peta aliran proses menggambarkan aliran barang, pekerja, atau kertas dalam suatu proses atau prosedur operasi. Pada peta kerja ini, elemen kerja yang digunakan lebih detail, yaitu :
·      Operasi (Operation)
·      Inspeksi (Inspection)
·      Transportasi (Transportation)
·      Penyimpanan sementara (Delay)
·      Penyimpanan (Storage)
      Namun peta aliran proses tidak menggambarkan proses produksi suatu produk secara keseluruhan, melainkan hanya terbatas untuk tiap komponen pembentuk produk akhir tersebut.
d.   Peta Proses Kelompok Kerja
      Pada dasarnya peta kerja ini merupakan bagian dari peta aliran proses. Peta kerja ini digunakan pada suatu tempat kerja dimana untuk melaksanakan pekerjaan diperlukan kerjasama yang baik dari sekelompok pekerja, misalnya pergudangan.
e.    Diagram Alir
      Diagram alir merupakan suatu gambaran menurut skala tertentu dari susunan lantai dan gedung pabrik yang menunjukkan lokasi dari semua aktivitas yang terjadi pada peta aliran proses. Dengan mengetahui tata letak tempat perpindahan suatu barang, maka dapat dianalisa agar jarak perpindahan tersebut minimum.

2.      Peta Pekerja Setempat
Peta-peta kerja yang termasuk peta kerja setempat digunakan untuk menganalisis kegiatan kerja pada satu stasiun kerja tertentu, karena peta kerja ini menggambarkan proses produksi yang terjadi pada stasiun kerja itu saja. Proses produksi ini dijabarkan dengan elemen-elemen gerakan operator yang lebih detail daripadapeta-peta kerja keseluruhan.
 Peta-peta kerja setempat ini terdiri dari :
a.    Peta Pekerja dan Mesin
Peta kerja ini menggambarkan koordinasi antara waktu bekerja dan waktu menganggur pekerja dan mesin. Informasi terpenting dari peta kerja ini adalah hubungan antara waktu kerja operator dan waktu operasi mesin yang ditanganinya sehingga dapat dirancang suatu keseimbangan kerja antara pekerja dan mesin, utilisasi lebih pada kedua faktor, dan keseimbangan di keseluruhan siklus kerja.


b.    Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan
Pada peta kerja ini digambarkan gerakan-gerakan tangan kiri dan tangan kanan pekerja secara detail saat melakukan pengerjaan suatu produk. Dengan demikian dapat dibandingkan besarnya tugas yang dibebankan dan waktu pengerjaan masing-masing gerakan pada kedua tangan.

2.2.3. Prosedur Perancangan Peta Kerja Keseluruhan (Peta Proses Operasi, Diagram Alir, dan Peta Aliran Proses)
Pada dasarnya peta-peta bisa dibagi kedalam dua kelompok besar berdasarkan kegiatannya, yaitu:
1.      Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisis kegiatan kerja keseluruhan.
2.      Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisis kegiatan kerja setempat. 

Dalam hal ini tentunya kita harus bisa membedakan antara kegiatan kerja keseluruhan dan kegiatan kerja setempat. Disebut keseluruhan jika melibatkan sebagian besar atau semua sistem kerja yang diperlukan untuk membuat produk yang bersangkutan. Sementara yang dimaksud dengan kegiatan kerja setempat, apabila hal itu menyangkut hanya satu sistem kerja saja yang biasanya melibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah terbatas.

Hubungan antara kedua macam kegiatan diatas akan terlihat bila untuk menyelesaikan suatu produk diperlukan beberapa stasiun kerja, dimana satu sama lainnya saling berhubungan, misalnya suatu perusahaan perakitan memiliki beberapa mesin produksi atau stasiun kerja. Dalam hal ini kelancaran proses produksi secara keseluruhan akan sangat tergantung pada kelancaran setiap stasiun kerja. Dalam hal ini kelancaran proses produksi secara keseluruhan akan sangat tergantung pada kelancaran setiap sistem kerja. Suatu hal yang bijaksana apabila dalam prakteknya nanti, pelaksana pertama-tama berusaha untuk memperbaiki atau menyempurnakan setiap sistem kerja yang ada sedemikian rupa sehingga didapatkan suatu urutan kerja yang paling baik untuk saat itu. Barulah kemudian menyempurnakan proses secara keseluruhan. 

Secara garis besarnya, penggambaran kedua kegiatan tersebut dalam bentuk peta-peta kerja untuk memperbaiki kegiatan produksi, biasanya dimulai dengan membuat peta-peta kerja yang menggambarkan kegiatan secara keseluruhan berdasarkan apa yang telah ada atau cara sekarang. Setiap kegiatan yang berlangsung, yang terjadi di stasiun-stasiun kerja yang telah digambarkan pada peta kegiatan keseluruhan diamati seterperinci mungkin. Penganalisisan ini dilakukan dengan terlebih dahulu menggambarkan peta-peta kerja setempat yang bersangkutan, dengan membuat peta-peta kerja setempat yang menunjukan keadaan sekarang. Keadaan sekarang inilah yang dipelajari untuk diusahakan perbaikan-perbaikannya. Hasil perbaikan dinyatakan dalam peta-peta kerja setempat yang menggambarkan ”cara yang diusulkan”. Berdasarkan perbaikan dari setiap stasiun kerja inilah analisis keseluruhan dilakukan. Hasil akhir dinyatakan dalam peta-peta kerja keseluruhan untuk cara yang diusulkan. 

2.3    Teknik Menganalisa Peta Kerja Keseluruhan
·     Menganalisis Lay Out dan Diagram Alir berdasarkan efisiensi pemindahan material.
·    Menganalisis Peta Aliran Proses berdasarkan efisiensi proses.
         
Untuk memperbaiki suatu sistemkerja yang dikatakan tidakefisien, perlu dilakukan penelusuran sumber masalah yang menyebabkan ketidak efisienan tersebut.Setelah itu, masalah tersebut harus diperbaiki dan tidak boleh terjadi lagi. Metode8 langkah pemecahan masalah memberikan tahapan sistematisyang membantu dalam perbaikan sistem kerja tersebut, yaitu sebagai berikut:
·         Menentukan prioritas masalah,
·         Mencari sebab-sebab yang mengakibatkan masalah,
·         Meneliti sebab-sebab yang paling berpengaruh,
·         Menyusun langkah-langkah perbaikan,
·         Melaksanakan langkah-langkah perbaikan,
·         Meneliti hasil perbaikan yang dilakukan,
·         Mencegah terulangnya masalah yang sama, dan

·         Menyelesaikan masalah selanjutnya yang belum terpecahkan sesuai dengan kategori skala prioritas berikutnya.

Asas-Asas Pemeliharaan Sumber Daya Manusia

Asas merupakan dasar atau pondasi yang dijadikan pegangan dalam melakukan suatu aktivitas. Dalam pelaksanaan pemeliharaan tentu tidak mudah, karena memerlukan kecermatan dan ketelitian agar tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan. Oleh karena itu, diperlukan asas-asas yang akan dijadikan pedoman atau tuntutan perusahaan.
            Asas- asas pemeliharan antara lain :
1. Asas manfaat dan efisiensi
            Pemeliharan yang dilakukan harus  efisien dan memberikan manfaat yang optimal bagi perusahaan dan karyawan. Bagi perusahaaan manfaatnya agar tujuan dan sasaran perusahaan dapat tercapai dengan tepat sehingga menghasilkan laba yang besar. Sedangkan bagi karyawan manfaatnya agar kondisi fisik dan mental tetap terjaga dengan baik sehingga bisa bekerja dengan maksimal dan mendapat gaji sebagai sumber penghasilan. Pemeliharaan hendaknya meningkatkan prestasi kerja, keamanan, kesehatan, dan loyalitas karyawan dalam mencapai tujuan.                      Asas ini harus diprogram dengan baik supaya tidak sia-sia.

2.   Asas Kebutuhan dan Kepuasan
            Pemenuhan kebutuhan dan kepuasan harus menjadi dasar program pemeliharaan karyawan. Dengan mengetahui kebutuhan dari karyawan maka perusahaan benar-benar memahami apa yang diinginkan karyawan sehingga kepuasan karyawan pun meningkat. Asas ini penting supaya tujuan pemeliharaan, kesehatan, dan sikap karyawan baik, sehingga mereka mau bekerja secara efektif dan efesien serta menunjuang tercapainya tujuan perusahaan.
3.   Asas Keadilan dan Kelayakan
            Keadilan dan kelayakan hendaknya dijadikan asas program pemeliharaan karyawan. Keadilan tentang apa yang diberikan perusahaan kepada seorang karyawan dengan karyawan lain harus merata serta tentang usaha pemeliharaan yang dilakukan perusahaan harus layak. Karena keadilan dan kelayakan akan menciptakan ketenangan dan konsentrasi karyawan terhadap tugas-tugasnya, sehingga disiplin, kerjasama, dan semangat kerjanya meningkat. Dengan asas sini diharapkan tujuan pemberian pemeliharaan akan tercapai.
4.   Asas Peraturan Legal
            Peraturan-peraturan legal yang bersumber dari undang-undang, Keppres, dan keputusan mentri harus dijadikan asas program pemeliharaan karyawan.  Hal ini penting untuk menghindari konflik dan intervensi serikat buruh dan pemerintah.
5.   Asas Kemampuan Perusahaan

            Kemampuan perusahaan menjadi pedoman dalam asas program pemeliharaan kesejahteraan karyawan. Kemampuan sejauh mana usaha pemeliharaan yang dapat diberikan perusahaan. Jangan sampai terjadi pelaksanaan pemeliharaan karyawan yang mengakibatkan hancurnya perusahaan.

Elemen-elemen dalam struktur organisasi

Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam organisasi. Struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan (koordinasi). Selain daripada itu struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan
Struktur Organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal organisasi diolah. Struktur organisasi terdiri atas unsur  spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan ukuran satuan kerja.
Elemen-elemen pada struktur organisasi adalah sebagai berikut :
1.      Spesialisasi Kegiatan
Spesialisasi Kegiatan adalah sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi dibagi-bagi ke dalam beberapa pekerjaan tersendiri. Spesialisasi kegiatan sangat diperlukan dalam setiap organisasi karena tidak semua kegiatan membutuhkan keahlian dan tidak semua orang mempunyai keahlian yang sama sebab setiap orang mempunyai kelebihan dan keterbatasan sendiri. Agar semua tugas kegiatan yang ada dapat dilaksanakan dengan baik maka perlu sekali adanya spesialisasi kegiatan. Dalam struktur organisasi, spesialisasi pekerjaan merupakan hal yang utama. Hal ini disebabkan tidak seorangpun yang secara fisik akan mampu melaksanakan seluruh kegiatan dalam tugas-tugas yang paling rumit. Kegiatan yang paling rumit memerlukan beberapa langkah dan memerlukan pembagian langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh beberapa orang. Pembagian kegiatan yang dispesialisasikan seperti ini memungkinkan orang mempelajari keterampilan dan menjadi pakar dalam bidang kegiatan tertentu.  Spesialisasi kegiatan ini berkaitan dengan spesaialisasi, baik tugas individu maupun tugas kelompok dalam organisasi (pembagian kerja) dan mengelompokkan tugas-tugas tersebut ke dalam unit kerja (departementasi).

2.      Departementalisasi
Departementalisasi merupakan dasar yang dipakai untuk mengelompokkan pekerjaan secara bersama-sama. Departementalisasi adalah upaya mengelompokan aktivitas pekerjaan sehingga aktivitas-aktivitas dan hubungan yang serupa dan logis dapat diselenggarakan secara serempak. Pertimbangan manajerial yang penting dalam pembentukan departemen adalah dalam menentukan dasar-dasar pengelompokan pekerjaan. Lima dasar departementalisasi adalah: fungsional, proses, produk, pelanggan, dan georafi.
·         Lini Fungsional. Masing-masing departemen fungsional mengerjakan bagiannya terpisah dari keseluruhan perusahaan.
·         Lini Proses. Masing-masing departemen proses mengerjakan bagiannya terpisah dari keseluruhan proses produksi.
·         Lini Produk. Masing-masing departemen memproduksi dan menjual satu produk tertentu.
·         Lini Pelanggan. Masing-masing dari departemen pelanggan memenuhi kebutuhan produk dan jasa konsumen tertentu.
·         Lini geografis. Masing-masing departemen wilayah meproduksi dan menjadi produk di wilayah.
Departementalisasi lainnya adalah:
a. Multi Departemental
b. Departementalisasi campuran: organisasi matriks
c. Departementalisasi di perusahaan multinasional
Efisiensi kerja tergantung kepada keberhasilan integrasi satuan-satuan yang bermacam-macam dalam organisasi. Proses penentuan cara bagaimana kegiatan dikelompokkan disebut departementasi


3.      Rantai komando
Rantai komando adalah garis wewenang yang tidak terputus yang membentang dari tingkatan atas organisasi hingga tingkatan paling bawah dan mejelaskan siapa melapor dan kepada siapa. Wewenang mengacu pada hak-hak yang melekat pada posisi manajerial tertentu yang memberitahu orang apa yang harus dilakukan dan mengaharapkan orang itu melakukannya . untuk mempermudah koordinasi dan pengambilan keputusan, para manajer organisasi menjadi bagian dari rantai komando itu dan di anugeragi dengan kadar wewenang tertentu guna memenuhi tanggung jawabnya. Sewaktu para manajer mengoordinasi dan memadukan pekerjaan para karyawan , para karyawan tersebut menanggung kewajiban untuk melaksanakan tugas yang di bebankan. Kewajiban atau harapan untuk mkelaksanakan itu dikenal sebagai tanggung jawab.Akhirnya prinsip kesatuan komando membantu melestarikan konsep garis wewenang yang terus menerus. Rantai komando adalah garis komando yang tidak putus yang menghubungkan seluruh anggota di dalan suatu organisasi. Rantai komando menentukan siapa melapor atau bertanggung jawab kepada siapa. Rantai ini mempunyai 2 prinsip dasar yaitu :
o    Kesatuan komando
 Kesatuan komando menyatakan bahwa seorang pekerja seharusnya hanya punya satu orang supervisor. Supervisor ini adalah orang tempat mereka mempertanggung jawabkan pekerjaannya. Tidak boleh ada pekerja yang bertanggung jawab pada 2 atau lebih atasan. Jika ini dilanggar, maka pekerja akan mengalami tuntutan berlebih, ambiguitas, atau prioritas kerja yang konfliktual. Ini berakibat sulitnya posisi seorang pekerja dalam melakukan pekerjaannya. 
o    Prinsip skala
Prinsip skala mengacu pada garis otoritas yang ditentukan secara tegas, dan ini berlaku bagi seluruh pekerja di dalam suatu organisasi. Aliran manajemen klasik menyarankan bahwa harus ada rantai komando yang tegas dan tidak terputus yang menghubungkan semua anggota organisasi, termasuk dengan middle dan senior management. Ini guna mengantisipasi berkembangnya organisasi menjadi lebih rumit, bertambahnya manajer, di mana keduanya membuat bertambahnya biaya operasional organisasi, menghambat komunikasi, dan berdampak pada pemahaman dan akses antara “wilayah bawah” dan “wilayah atas.” Ujungnya, pembuatan keputusan akan lebih lambat.

4.      Rentang Pengendalian
Rentang pengendalian ialah jarak yang seharusnya dimiliki oleh seorang atasan (manajer) terhadap bawahannya dengan tujuan agar pekerjaan dapat berjalan efektif dengan hasil efisien. Rentang Kendali adalah jumlah bawahan langsung yang dapat dipimpin dan dikendalikan secara efektif oleh seorang manajer. Rentang Kendali (span of control) sangat perlu dalam pengorganisasian, karena berhubungan dengan pembagian kerja, koordinasi, dan kepemimpinan seorang pemimpin (manajer).
Rentang Kendali diperlukan dalam suatu organisasi karena adanya “limits factor (keterbatasan)” manusia, yaitu keterbatasan waktu, pengetahuan, kemampuan, dan perhatian.
·         Keterbatasan waktu, artinya bahwa pada saat yang bersamaan seorang pemimpin melakukan pekerjaan yang beraneka macam.
·         Keterbatasan pengetahuan, artinya bahwa seorang pemimpin tidak mungkin dapat mengetahui semua pekerjaan dalam perusahaan karena itu perlu diadakan pembagian pekerjaan kepada bawahannya.
·         Keterbatasan kemampuan, artinya bahwa seorang pemimpin perusahaan kemampuannya terbatas, karena itu perlu diadakan batas jumlah bawahan langsungnya.
·         Keterbatasan perhatian, artinya bahwa seorang pemimpin terbatas perhatiannya, ia tidak dapat memperhatikan semua masalah yang dilakukan bawahannya sehingga perlu diadakan pembatasan jumlah bawahan langsung yang dipimpinnya.
5.      Sentralisasi dan desentralisasi
Sentralisasi adalah memusatkan seluruh wewenang kepada sejumlah kecil manajer atau yang berada di posisi puncak pada suatu struktur organisasi. Sentralisasi banyak digunakan pada pemerintahan lama di Indonesia sebelum adanya otonomi daerah.
Desentralisasi adalah pendelegasian wewenang dalam membuat keputusan dan kebijakan kepada manajer atau orang-orang yang berada pada level bawah dalam suatu struktur organisasi. Pada saat sekarang ini banyak perusahaan atau organisasi yang memilih serta menerapkan sistem desentralisasi karena dapat memperbaiki serta meningkatkan efektifitas dan produktifitas suatu organisasi. Sentralisasi dan desentralisasi ini berkaitan dengan letak pengambilan keputusan. Dalam struktur organisasi yang disentralisasikan, pengambilan keputusan dilakukan oleh para pimpinan puncak saja. Dalam dsentralisasi, kekuasaan pengambilan keputusan didelegasikan kepada individu-individu pada tingkat-tingkat manajemen menengah dan menengah bawah. Sentralisasi mengacu pada derajat mana pembuatan keputusan dikonsentrasikan pada satu titik dalam organisasi. Sentralisasi juga berlaku tatkala manajemen puncak membuat keputusan kunci organisasi dengan sedikit atau bahkan tanpa masukan dari tingkatan yang lebih rendah. Sebaliknya, jika level lebih bawah diberi kesempatan untuk memberi masukan bagi pengambilan keputusan atau bahkan diberi kewenangan untuk membuat keputusan maka disebut kondisi desentralisasi.

6.      Formalisasi
Formalisasi adalah standar apakah pekerjaan-pekerjaan organisasi dan taraf dimana perilaku pekerja dipandu oleh beragam aturan dan prosedur. Dalam organisasi yang sangat terformalisasi, terdapat deskripsi pekerjaan yang eksplisit, sarat dengan aturan organisasi, dan secara jelas menggambarkan prosedur yang terkait dengan proses kerja. Formalisasi diartikan sebagai derajat sejauh mana pekerjaan-pekerjaan didalam suatu organisasi distandardisasi. Ukurannya adalah banyaknya aturan-aturan tertulis (writen regulations) di mana anggota organisasi harus mematuhinya. Organisasi yang memiliki tingkat formalisasi tinggi biasanya memiliki job discribtion formal, sejauh besar aturan, serta berbagai proedur dan instruksi kerja yang terdifinisi secara ketat. Tujuan dan manfaat formalisasi yaitu :
1.konsistensi dan keseragaman, yaitu untuk mencapai output-output yang idak berubah-ubahkualitasnya.
2. Meningkatkan koordinasi. Untuk tugas yang membutuhkan koordinasi tiggi di antara anggota organisasi.

3. Penghematan biaya secara ekonomis. Buku-buku manual pekerjaan diberbagai perusahan besar biasanya dibuat untuk menghemat biaya.